text ku

YA ALLAH...YA ALLAH...YA ALLAH

Kamis, 16 September 2010

Batu dari Surga

Sekurang kurangnya ada lima tempat yang paling dicari jamaah haji atau umrah usai tawaf di Ka’bah. Yakni Multazam, Maqam Ibrahim, Hijir Ismail, area antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, dan Hajar Aswad.

Hajar Aswad merupakan area sempit dan tempat permulaan thoaf. Sebelum thoaf kita harus memberi salam (disunahkan mengusap atau menciumnya), karena itu diperebutkan jutaan orang saat berhaji atau umrah hanya sekedar untuk menciumnya. Mencium atau mengusap Hajar Aswad di musim haji penuh perjuangan yang dahsyat. Kesombongan dan kekuatan sama sekali tak bisa diandalkan. Hanya pertolongan dan taufik dari Allah membuat seseorang dapat menikmati kemurahan Nya.

Sekarang, kenapa batu Hajar Aswat itu dibesar besarkan dan dicium sedangkan ia hanya sebuah batu?

Pertanyaan ini sebetulnya sudah pernah dilontarkan khalifah kedua Umar bin Khattab ra disaati mencium Hajar Aswad. Beliau berkata kepadanya “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan memberi manfaat, kalaulah bukan karena aku pernah melihat Rasullah saw menciummu nistaya aku tidak akan memciummu” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Memuliakan Hajar Aswad bukan adat orang orang Jahiliyah. Hajar Aswad berada ribuan tahun sebelum orang orang Jahiliyah menduduki Makkah. Hajar Aswad berada di sudut Ka’bah seumur dengan umur Ka’bah itu sendiri. Disaat Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah tinggal satu bagian yang belum terpasang yaitu Hajar Aswad. Lalu nabi Ismail pergi mencari suatu. Nabi Ibrahim as berkata “Carilah sebuah batu seperti yang aku perintahkan”. Nabi Ismail mencarinya dan tidak mendapatkanya. Ia kemudian kembali ke Ka’bah, dan ia melihat di tempat tersebut telah terpasang Hajar Aswad. Maka ia berkata “Ayaku, siapa yang membawa batu ini kepadamu?’ Ibrahim berkata “yang membawanya kepadaku adalah Jibril dari langit (surga).

Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua buah batu diantara batu batu Yaqut (batu mulia) diambil dari surga, andaikan Allah tidak menghilangkan cahayanya niscaya sinarnya akan menerangi antara timur dan barat. (H.R. Ahmad )

Kita adalah umat nabi Muhammad saw yang mengikuti segala perintahnya tanpa pamrih. Apa yang dilakukan Nabi saw maka lakukanlah dan apa yang dilarang Nabi saw jauhkanlah. Mencium atau mengusap Hajar Aswad saat thoaf adalah anjuran Nabi saw karena beliau selalu menyentuhnya dengan tangannya yang lembut atau menciumnya dengan bibirnya yang mulia.

Demi Allah, Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, Allah memberikanya mata dan lidah kepadanya agar dapat melihat dan berbicara dan memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan benar dan ikhlas (Tirmidhi)

Itulah kemuliaan dan keluhuran Hajar Aswad disisi Allah dan Nabi Nya. Maka tidak heran jika Abdullah putra Umar bin Khattab ra selalu menyentuh Hajar Aswad kemudian mecium tanganya dan berkata “aku tak pernah meninggalkan perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulallah saw menciumnya. (HR Muslim)

Jelasnya, ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu mencari cari apa hikmahnya dari ibadah itu. Seperti apa hikmahnya thoaf? Apa hikmahnya sa’i? Apa hikmahnya melempar batu Jamarat? Apa hikmahnya wukuf di Arafah? Apa hikmahnya mencium Hajar Aswad? Apa hikmahnya itu dan apa hikmahnya ini. Ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu tahu apa hikmahnya, karena disitu tersimpan rahasia Allah yang tidak bisa diketahu hambaNya. Maka apa yang diperintahkan Allah lakukanlah dengan baik dan apa yang dilarangnya jauhkanlah sejauh jauhnya.

Semoga Allah memberikan kepada kita jalan yang lurus dan memudahkan kita bisa sampai ke tempat yang mulia Makkah agar bisa mecium Hajar Aswad sebagaimana Rasulallah saw menciumya dengan bibirnya yang lembut. Amin

Wallahua’lam.
Read More...

Selasa, 14 September 2010

Sempurnakan Ibadah Fardu

“ Sempurnakanlah ibadah fardu kalian dengan ibadah sunnah! Sesungguhnya amal-amal sunnah dapat menututupi kekurangan amal wajib.”     Al-harits Al-Muhasibi

Para kekasih Allah selalu merasa bahwa ibadah fardu mereka belum dilakukan secara sempurna. Karena itu, mereka berupaya menyempurnakannya dengan amalan amalan sunnah. Amalan-amalan sunnah yang mereka lakukan diharapkan dapat menambal kekurangan pada ibadah fardu. Dengan demikian, seluruh ibadah fardu mereka selalu diikuti dengan ibadah sunnahnya. Misalnya, mereka selalu bepuasa sunnah enam hari dibulan syawal setelah puasa Ramadhan,dan selaluh shalat sunnah untuk melengkapi shalat-shalat fardu mereka. Saudaraku, janganlah engkau mengejar ibadah sunnah sementara melalaikan ibadah fardu. Suatu malam, Syaikh Abu Al-Abbas menemukan beberapa orang yang sedang shalat malam. Mereka terlihat sangat khusuk. Setelah shalat, Abu Al- Abbas bertanya kepada mereka,”Apakah kalian melakukan shalat subuh tepat waktu ?” mereka menjawab,” terkadang kami kesiangan melakukannya. Dan di siang hari kami tidak sempat mencari rezeki karena kami tidur sebagai ganti ibadah kami di malam hari.”Lalu dari mana kalian makan ?” , Tanya Syaikh. “kami selalu diberi oleh orang-orang disekitar tempat ini,” jawab mereka.
Abu Al-Abbas berkata” Hentikan kegiatan shalat malam seperti ini ! Laksanakan shalat subuh tepat pada waktunya dan bekerjalah di siang hari untuk mencari rezeki Allah. Kalian telah meninggalkan perkara yang fardu demi perkara yang sunnah. Nilai kalian tidak lebih luhur dibanding dengan orang-orang yang meladeni kalian. Malahan, kedudukan kalian lebih rendah dari mereka. Mereka menopang hidup kalian sementara kalian hanya membebani orang lain. Kalian menjadikan bangun malam sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dan bantuan mereka. Sungguh rugi kalian semua. Bertobatlah pada Allah SWT.
Read More...