Sahabat nabi yang badannya kekar dan berkulit hitam yaitu Bilal,
sangat kuat keimanan dan tauhidnya kepada Allah, tak mampu kita rasanya menghadapi siksaan yang begitu buas yang di
lakukan kaum musrikin seperti
dibaringkan di atas pasir yang membara, disiksa dan ditindih dengan batu
besar yang panas, walau terasa pedih,sakit dan menyakitkan namun dari mulut
beliu hanya keluar terikan :AHAD… AHAD. Teriakan inilah yang mencatat nama
beliau dalam sejarah islam. Setelah
selesai era nabi dan sahabat, mari kita coba melihat kisah dizaman tabiin.
Alkisah nun jauh disana dalam perjalanan di gurun pasir yang sangat
melelahkan, Abdullah bin Umar dan Abdurrahman sedang mengalami kesulit dalam
perjalanannya menuju Umul Qura kota
Mekkah. Mereka kelelahan, haus, tenggorokan kering, bibir pecah-pecah. Mereka
benar-benar membutuhkan seteguk air untuk penawar dahaga dan obat dari rasa
letih. Betapa hebatnya letih dan dahaga ini sampai Abdullah bin Umar berkata
pada sahabatnya: “ demi Allah aku rasanya tak sanggup lagi menahan haus”. Lalu
dengan suara yang memilukan Abdurrahman melanjutkan:’Ya Allah, aku tidak tahu
lagi apakah perlindungan MU akan datang menjemput kami sebelum kami bertemu
ajal’. Allahumma ya Allah alangkah berharganya seteguk air dalam keadaan
seperti ini, dan Demi Allah, aku siap membayar harga nya dengan semua harta yang
aku miliki. Dalam Al quran Allah berfirman:”Dan kami menjadikan semua
yang hidup itu dari air” (QS Al Anbiya :30). Singkat kisah di dalam
kesulitan mereka terus berdiskusi membicarakan tentang Rahmat Allah, tiba-tiba
keduanya tertegun, karena melihat suatu benda hitam yang bergerak di tengah
gurun pasir yang gersang, yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.Mereka bersyukur
semoga impian kami di Kabul Allah ta’ala. Benda hitam yang mereka lihat ialah
segerombolan kambing, seekor anjing yang tengah menjaga,dan seorang penggembala yang tengah tidur nyenyak
di pintu sebuah gua kecil. Anjing penjaga itu menggonggong membangunkan
tuannya, ketika melihat orang asing datang mendekati mereka.
Mujahid,penggembala itu terbangun mendengar suara yang ribut, dan
setelah mengetahui apa yang terjadi, dia
tersenyum ramah menyambut kedua tamunya dengan hormat dan mempersilahkan
tamunya duduk di tempatnya yang teduh, yang hanya memuat dua orang.Melihat
kondisi tamunya, penggembala itu tahu, tamunya sudah menempuh perjalanan jauh,
letih dan kehausan. Tanpa berkata-kata diperanya susu kambing sehingga
baskomnya penuh, dengan ramah susu murni itu dia suguhkan pada kedua tamunya,
dan dengan sopannya berkata:”silahkan minum air susu ini, mudah-mudahan dia
dapat mengurangi rasa haus dan leti tuan-tuan”.
Dengan tangan gemetar Abdullah bin Umar menerima baskom air susu
itu, dan menyerahkan kepada sahabatnya Abdurrahman untuk minum terlebih
dahulu,setelah itu baru dia minum dengan sepuas-puasnya,sehingga dahaga dan letih
keduanya hilang. Abdullah mengucapkan rasa syukur atas karunia Allah yang telah
memberikan seteguk air, yang bagi mereka lebih berharga daripada sebuah
kerajaan di bumi. Dia merenungkan nikmat air yang telah diberikan Allah kepada
manusia, terutama nikmat air minum yang sejuk, nikmat besar yang sering
dilupakan , yang kadang kalah tidak mendapat perhatiaan, nikmat Allah yang akan
dipertanyakan di hari kiamat, apakah manusia sudah mensyukurinya? Hadist yang di riwayatkan abu Hurairah mengatakan : “Dan
para sahabat nabi saw berpendapat bahwa air sejuk, badan sehat termasuk anugrah
Allah yang akan dipertanyakan pada hari Kiamat”.
Abdullah bin Umar mengembalikan baskom susu itu kepada mujahid dan
berkata:”terimakasih saudaraku,engkau telah memerah susu terlalu banyak, lebih
dari yang bisa diminum oleh dua orang, sayang kalau sisanya tidak kau minum”.Di
terimanya baskom tersebut dan diletakkannya disebelahnya tanpa meminumnya. Dengan kondisi cuaca yang begitu menyengat
dan melelehkan, penggembala tidak meminum bagian yang aku sisakan kata Abdullah
bin Umar. membuat aku penasaran, bertanyalah dia pada mujahid tersebut:”Kenapa
anda tidak meminum sisa susu itu?”. Tidak ……. Saya tidak suka . Saya tidak mau ,
saya tidak bisa meminumnya. Kenapa saudaraku….., apa yang menyebabkan engkau
berbuat demikian? Bukankah hari demikian
panasnya? Tidakkah engkau melihat bibir-bibir kami bagai akan pecah, dan
peluhmu membasahi seluruh tubuhmu?.
Didesak demikian, Mujahid terpaksa harus berterus terang, dengan
suara perlahan dia menjawab :”Saya sedang berpuasa”. Apa?, engkau sedang
puasa….?. “ya,saya sedang puasa”. Abdullah bin Umar semakin heran , puasa apa
si penggembala ini di dalam cuaca yang panas, bukan di bulan puasa, bukan pula
di bulan-bulan dimana puasa itu terpuji dilakukan, dan bukan juga pada
hari-hari yang disunatkan untuk berpuasa. Begitu gencarnya Abdullah bin Umar
mengajukan pertanyaan tentang puasa penggembala tersebut, baik dihubungkan
dengan syar’I, nazar dll, semua dijawab tidak (tidak ada hubungan dengan puasa
beliau). Akhirnya penggembala itu pun menjawab dengan penuh keheranan:”Saya
betul-betul heran, mengapa seorang muslim yang berakal sehat seperti engkau
mengajukan pertanyaaan-pertanyaan semacam itu?,bukankah engkau seorang mukmin
dan beriman pada hari kemudian? Abdullah terperangah , sedikitpun dia tidak
menduga akan keluar pertanyaan seperti itu dari penggembala yang hendak
diujinya ini. Semakin penasaran beliau, “ Ya, benar…..tapi apa hubungan
keimananku dengan puasamu, padahal sekarang bukan bulan Ramadhan, dan Allah
tidak mewajibkan engkau berpuasa di hari yang panas ini?.Dengan suara yang
penuh takut pada hari Kiamat penggembala miskin itu menjawab: “Saudaraku,
sesungguhnya saya berpuasa di hari yang sedemikian panasnya ini karena mau
melindungi diri dari teriknya panas di hari Kiamat nanti!!
Abdullah bin Umar tak dapat menyembunyikan rasa hormat dan kagumnya
kepada lelaki dihadapannya itu.Berulang kali di dalam hati dia mengulangi
kata-kata penggembala itu “sesungguhnya saya berpuasa di hari yang sedemikian
panasnya ini karena mau melindungi diri dari teriknya panas di hari Kiamat
nanti”. Hatinya terus berkata :” Ya Allah, alangkah dasyatnya panas
pada hari itu, di hari semua makhluk dikumpulkan dalam keadaan telanjang
, lapar, dahaga, tidak berkhitan, masing-masing merasakan hukuman dosa yang
pernah dilakukannya, seperti yang pernah di khabarkan junjunganku Saw.
: “Wahai manusia, kelak kalian akan dikumpulkan Allah dalam keadaan tidak
beralas kaki, telanjang, tidak berkhitan: ‘Seperti kami menciptakannya , Kami
mengulanginya kembali, suatu janji pada diri Kami, sesungguhnya benar-benar
akan Kami tepati “ (HR. Bukhari-Muslim).
Nampaknya Abdullah bin Umar masih belum yakin dengan keimanan
penggembala ini, maka teringatlah
Abdullah akan nasehat yang pernah disampaikan ayahnya Amirul Mukmin saat khotbah di atas mimbar: ”Janganlah
kalian tertipu dengan puasa dan shalatnya seseorang, akan tetapi telitilah dan
perhatikan dengan lebih dalam lagi tentang beberapa hal ini; jika dia berbicara
selalu jujur, kalau dipercaya tidak khianat, dan jika melakukan pelanggaran,
sangat takut kepada Allah”. (Abqariyatu Umar,oleh Al-Aqqad hal.85).
Inilah yang sedang kita hadapi, kita belum bisa mengetahui kebenaran Islamnya
penggembala ini, kecuali dengan cara mengujinya”.Sedang asyik berdiskusi dengan
sahabatnya Abdurrahman tiba-tiba keduanya mendengar langkah kaki
sipenggembala.Dia kembali karena hendak menemani kedua tamunya, setelah
pekerjaannya selesai. Tibalah saatnya aku mengujinya dan ingin tahu apa yang
mendorongnya untuk berpuasa di hari yang sangat panas dan di musim kemarau
kering ini, kalau islamlah yang mendorongnya puasa, niscaya dia akan dapat
mencegah hawa nafsunya dari perbuatan
haram yang lain, meski hanya sebesar atom.
Si penggembala itu telah berdiri di depan kedua tamunya, dengan
senyum yang tulus, dan muka cerah-ceria dia berulang-ulang berkata: “Ya,
marhaban bidhuyuf, betapa senangnya saya dengan kedatangan tuan-tuan.Terimalah
kain ini dan letakkanlah sebagai alas tempat duduk, mudah-mudahan dia dapat
membuat tuan-tuan lebih enak duduk di dalam cuaca yang sangat panas dan gersang
ini”.
Abdullah bin Umar menyambut kain itu sambil berkata:”Terimakasih
banyak saudaraku, sungguh kami berdua telah mereporkanmu. Tetapi sebetulnya
kami sangat lapar, sudah tiga hari di dalam perjalanan kami tidak mencicipi
makanan sedikitpun, sehingga kami betul-betul lapar, dan rasanya tidak kuat lagi meneruskan
perjalanan kami”.
Pengembala itu tampak gelisah. Dia melihat kekanan dan kekiri, tapi
dia tak mempunyai makanan apapun untuk disuguhkan pada kedua tamunya yang sedang kelaparan. Keringgatnya semakin
mengucur deras, dan dia meremas-remas tangannya kebingungan,mukanya tampak
pucat dan tidak bercahaya, dia tidak dapat menjawab, meski jawabannya sudah
terkumpul di dalalm hatinya:”Aku tidak memiliki apapun yang bisa di suguhkan
kepada kalian berdua. Ya Allah…. Andai saja aku membawa bekal, atau aku
mempunyai makanan yang aku simpan,niscaya aku berikan pada kalian, meskipun aku
harus menderita lapar”.Kata-kata yang sudah terkumpul itu tak sanggup
diucapkannya.Di hanya menunduk dan tampak sedih.
Abdullah tidak puas melihat sikap lelaki penggembala yang tetap
membisu itu. Didepan mereka terlihat kambing yang sedang berkeliaran maka
beliaupun berkata:”Tolong kau potongkan untuk kami seekor kambing, kemudian
dibakar untuk makanan kami”. Mendengar
ucapan tersebut semakin pucat, gelisah, dan gemetaran bibir si badui itu,sebab
kambing-kambing itu bukan milik beliau dan dia tidak punya keberanian untuk
memotong kambing itu.Semua kambing ini milik majikanku dan aku adalah budak
dimana sewaktu-waktu bisa di perjual belikan.
Abdullah tahu, mujahid tersebut sedang galau, gelisah dan
gemetaran, saat itu Abdullah berkata lagi:”Hanya seekor kambing saja, saudaraku
yang akan kami makan bersama-sama….”. Rupanya penggembala itu masih belum bisa
menjawab, lalu diberinya saran:”Kalau kamu tak keberatan aku siap membatumu !”.
Disini batinnya berperang antara
menjelaskan rahasia ini atau menyimpannya saja. Dan petunjukpun datang , lalu dia jelaskan dengan harapan
tamunya mengerti. Dengan terbata-bata dia berkata:”Kambing-kambing itu buka
milik saya, sesungguhnya saya ini hanyalah seorang budak, saya dan
kambing-kambing itu adalah milik tuan saya. Majikanku berpesan hanya boleh
memberikan air susu kambingnya kepada musafir, akan tetapi dia belum member
izin kepada saya untuk memotong kambing.......”
Rupanya ujian belum selesai , Abdullah masih menguji lagi dengan
Pertanyaan:”Dimanakah tempat tinggalmu dan tempat tinggal majikan itu”.
Terperanjat Mujahid mendengar pertanya tesebut, lalu dengan lemah lembut
dijawab :”Dia tinggal jauh dari tempatku, kira-kira menempuh perjalanan tiga
malam”. Mendengar jawaban penggembala itu, Abdullah terus mencoba menggoyahkan
imannya, nah…..selama majikanmu jauh dari tempatmu ini, beliau tidak akan dapat
melihat apa yang akan kau kerjakan ; ayolah kau potong kambing itu seekor saja,
aku akan membayarnya dengan harga yang tinggi.
Mujahid dengan hati yang polos dan bersih, yang tidak mengenal
kejahatan namun tetap istiqamah dalam kebaikan itu bertanya:”Bagaimana kalau
majikanku tidak mau menerima harga itu?.” Abdullah menjawab:”kenapa harus
diberi tahu kepada majikanmu?.” Lalu…untuk apa harga yang tuan tawarkan
tadi…?” Engkau terima uang itu, dan kau boleh ambil semuanya..! Penggembala itu
semakin pucat. Lalu dengan heran dia bertanya:”Bagaimana dengan majikan saya ,
dan kambingnya, apa yang harus saya katakan padanya…? Katakan saja kambing-kambing itu dimakan
serigala. Kau akan mendapatkan uangnya dariku.” Mendengar saran tersebut lelaki
itu semakin emosi dan darahnya semakin mendidih ketika membayangkan kebatilan
yang dibawa dan dianjurkan oleh tamunya. Dengan berapi-api dia berkata:”Apa
yang tuan maksud…?” Apakah saya harus memotong kambing, kemudian mengambil uang
haram itu, dan saya laporkan kepada majikan saya bahwa kambing itu dimakan
serigala…? Dadanya nampak turun naik menahan emosi yang meluap. Abdullah
menjawab dengan tenang:”Dan saya tidak
akan memberi tahukankan majikanmu!”.
Mendengar jawaban Abdullah bin Umar yang demikian tenang, dan
seolah-olah tidak merasa bersalah itu, meledaklah amarah Mujahid, keringatnya
semakin deras mengalir, tangannya gemetaran, bibir ikut bergetar, dan seluruh
badannya ikut bergetar karena takutnya membayangkan murka Allah, berlinang air
matanya waktu berkata : Apakah kau bisa
menyembunyikan sesuatu dari Yang Maha Alim dan Khabir, yang (mendengarkan
langkah semut hitam di gelap gulita malam di atas batu pualam…?”.Dapatkah
engkau mencegah agar berita itu tidak sampai kepada zat yang melihat kita dimalam
pekat?”. Yang melihatmu ketika engkau berdiri (sholat) , dan ketika engkau
menggerakan badanmu diantara orang-orang yang sujud”. (QS. As-syu’raa : 218 – 219). Apakah
kau mampu menyembunyikan masalah itu dari dzat “Yang mengetahui pandangan mata khianat dan
apa yang tersembunyi didalam hati” (Qs.
Al-Mukmin : 19).
Bersambung pada tulisan ke-2 .........