text ku

YA ALLAH...YA ALLAH...YA ALLAH

Jumat, 16 Desember 2011

GETARAN KALBU DI GURUN PASIR ( 1 )


Sahabat nabi yang badannya kekar dan berkulit hitam yaitu Bilal, sangat kuat keimanan dan tauhidnya kepada Allah, tak mampu kita rasanya  menghadapi siksaan yang begitu buas yang di lakukan kaum musrikin seperti  dibaringkan di atas pasir yang membara, disiksa dan ditindih dengan batu besar yang panas, walau terasa pedih,sakit dan menyakitkan namun dari mulut beliu hanya keluar terikan :AHAD… AHAD. Teriakan inilah yang mencatat nama beliau dalam sejarah islam.  Setelah selesai era nabi dan sahabat, mari kita coba melihat kisah dizaman tabiin.
Alkisah nun jauh disana dalam perjalanan di gurun pasir yang sangat melelahkan, Abdullah bin Umar dan Abdurrahman sedang mengalami kesulit dalam perjalanannya  menuju Umul Qura kota Mekkah. Mereka kelelahan, haus, tenggorokan kering, bibir pecah-pecah. Mereka benar-benar membutuhkan seteguk air untuk penawar dahaga dan obat dari rasa letih. Betapa hebatnya letih dan dahaga ini sampai Abdullah bin Umar berkata pada sahabatnya: “ demi Allah aku rasanya tak sanggup lagi menahan haus”. Lalu dengan suara yang memilukan Abdurrahman melanjutkan:’Ya Allah, aku tidak tahu lagi apakah perlindungan MU akan datang menjemput kami sebelum kami bertemu ajal’. Allahumma ya Allah alangkah berharganya seteguk air dalam keadaan seperti ini, dan Demi Allah, aku siap membayar harga nya dengan semua harta yang aku miliki. Dalam Al quran Allah berfirman:”Dan kami menjadikan semua yang hidup itu dari air” (QS Al Anbiya :30). Singkat kisah di dalam kesulitan mereka terus berdiskusi membicarakan tentang Rahmat Allah, tiba-tiba keduanya tertegun, karena melihat suatu benda hitam yang bergerak di tengah gurun pasir yang gersang, yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.Mereka bersyukur semoga impian kami di Kabul Allah ta’ala. Benda hitam yang mereka lihat ialah segerombolan kambing, seekor anjing yang tengah menjaga,dan  seorang penggembala yang tengah tidur nyenyak di pintu sebuah gua kecil. Anjing penjaga itu menggonggong membangunkan tuannya, ketika melihat orang asing datang mendekati mereka.
Mujahid,penggembala itu terbangun mendengar suara yang ribut, dan setelah mengetahui apa  yang terjadi, dia tersenyum ramah menyambut kedua tamunya dengan hormat dan mempersilahkan tamunya duduk di tempatnya yang teduh, yang hanya memuat dua orang.Melihat kondisi tamunya, penggembala itu tahu, tamunya sudah menempuh perjalanan jauh, letih dan kehausan. Tanpa berkata-kata diperanya susu kambing sehingga baskomnya penuh, dengan ramah susu murni itu dia suguhkan pada kedua tamunya, dan dengan sopannya berkata:”silahkan minum air susu ini, mudah-mudahan dia dapat mengurangi rasa haus dan leti tuan-tuan”.
Dengan tangan gemetar Abdullah bin Umar menerima baskom air susu itu, dan menyerahkan kepada sahabatnya Abdurrahman untuk minum terlebih dahulu,setelah itu baru dia minum dengan sepuas-puasnya,sehingga dahaga dan letih keduanya hilang. Abdullah mengucapkan rasa syukur atas karunia Allah yang telah memberikan seteguk air, yang bagi mereka lebih berharga daripada sebuah kerajaan di bumi. Dia merenungkan nikmat air yang telah diberikan Allah kepada manusia, terutama nikmat air minum yang sejuk, nikmat besar yang sering dilupakan , yang kadang kalah tidak mendapat perhatiaan, nikmat Allah yang akan dipertanyakan di hari kiamat, apakah manusia sudah mensyukurinya? Hadist yang di riwayatkan abu Hurairah mengatakan : “Dan para sahabat nabi saw berpendapat bahwa air sejuk, badan sehat termasuk anugrah Allah yang akan dipertanyakan pada hari Kiamat”.
Abdullah bin Umar mengembalikan baskom susu itu kepada mujahid dan berkata:”terimakasih saudaraku,engkau telah memerah susu terlalu banyak, lebih dari yang bisa diminum oleh dua orang, sayang kalau sisanya tidak kau minum”.Di terimanya baskom tersebut dan diletakkannya disebelahnya tanpa meminumnya.  Dengan kondisi cuaca yang begitu menyengat dan melelehkan, penggembala tidak meminum bagian yang aku sisakan kata Abdullah bin Umar. membuat aku penasaran, bertanyalah dia pada mujahid tersebut:”Kenapa anda tidak meminum sisa susu itu?”. Tidak ……. Saya tidak suka . Saya tidak mau , saya tidak bisa meminumnya. Kenapa saudaraku….., apa yang menyebabkan engkau berbuat demikian? Bukankah  hari demikian panasnya? Tidakkah engkau melihat bibir-bibir kami bagai akan pecah, dan peluhmu membasahi seluruh tubuhmu?.
Didesak demikian, Mujahid terpaksa harus berterus terang, dengan suara perlahan dia menjawab :”Saya sedang berpuasa”. Apa?, engkau sedang puasa….?. “ya,saya sedang puasa”. Abdullah bin Umar semakin heran , puasa apa si penggembala ini di dalam cuaca yang panas, bukan di bulan puasa, bukan pula di bulan-bulan dimana puasa itu terpuji dilakukan, dan bukan juga pada hari-hari yang disunatkan untuk berpuasa. Begitu gencarnya Abdullah bin Umar mengajukan pertanyaan tentang puasa penggembala tersebut, baik dihubungkan dengan syar’I, nazar dll, semua dijawab tidak (tidak ada hubungan dengan puasa beliau). Akhirnya penggembala itu pun menjawab dengan penuh keheranan:”Saya betul-betul heran, mengapa seorang muslim yang berakal sehat seperti engkau mengajukan pertanyaaan-pertanyaan semacam itu?,bukankah engkau seorang mukmin dan beriman pada hari kemudian? Abdullah terperangah , sedikitpun dia tidak menduga akan keluar pertanyaan seperti itu dari penggembala yang hendak diujinya ini. Semakin penasaran beliau, “ Ya, benar…..tapi apa hubungan keimananku dengan puasamu, padahal sekarang bukan bulan Ramadhan, dan Allah tidak mewajibkan engkau berpuasa di hari yang panas ini?.Dengan suara yang penuh takut pada hari Kiamat penggembala miskin itu menjawab: “Saudaraku, sesungguhnya saya berpuasa di hari yang sedemikian panasnya ini karena mau melindungi diri dari teriknya panas di hari Kiamat nanti!!
Abdullah bin Umar tak dapat menyembunyikan rasa hormat dan kagumnya kepada lelaki dihadapannya itu.Berulang kali di dalam hati dia mengulangi kata-kata penggembala itu “sesungguhnya saya berpuasa di hari yang sedemikian panasnya ini karena mau melindungi diri dari teriknya panas di hari Kiamat nanti”. Hatinya terus berkata :” Ya Allah, alangkah dasyatnya panas pada hari itu, di hari semua makhluk dikumpulkan dalam keadaan telanjang , lapar, dahaga, tidak berkhitan, masing-masing merasakan hukuman dosa yang pernah dilakukannya, seperti yang pernah di khabarkan junjunganku Saw. : “Wahai manusia, kelak kalian akan dikumpulkan Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak berkhitan: ‘Seperti kami menciptakannya , Kami mengulanginya kembali, suatu janji pada diri Kami, sesungguhnya benar-benar akan Kami tepati “ (HR. Bukhari-Muslim). 
Nampaknya Abdullah bin Umar masih belum yakin dengan keimanan penggembala ini,  maka teringatlah Abdullah akan nasehat yang pernah disampaikan ayahnya  Amirul Mukmin saat khotbah di atas mimbar: ”Janganlah kalian tertipu dengan puasa dan shalatnya seseorang, akan tetapi telitilah dan perhatikan dengan lebih dalam lagi tentang beberapa hal ini; jika dia berbicara selalu jujur, kalau dipercaya tidak khianat, dan jika melakukan pelanggaran, sangat takut kepada Allah”. (Abqariyatu Umar,oleh Al-Aqqad hal.85). Inilah yang sedang kita hadapi, kita belum bisa mengetahui kebenaran Islamnya penggembala ini, kecuali dengan cara mengujinya”.Sedang asyik berdiskusi dengan sahabatnya Abdurrahman tiba-tiba keduanya mendengar langkah kaki sipenggembala.Dia kembali karena hendak menemani kedua tamunya, setelah pekerjaannya selesai. Tibalah saatnya aku mengujinya dan ingin tahu apa yang mendorongnya untuk berpuasa di hari yang sangat panas dan di musim kemarau kering ini, kalau islamlah yang mendorongnya puasa, niscaya dia akan dapat mencegah hawa nafsunya  dari perbuatan haram yang lain, meski hanya sebesar atom.
Si penggembala itu telah berdiri di depan kedua tamunya, dengan senyum yang tulus, dan muka cerah-ceria dia berulang-ulang berkata: “Ya, marhaban bidhuyuf, betapa senangnya saya dengan kedatangan tuan-tuan.Terimalah kain ini dan letakkanlah sebagai alas tempat duduk, mudah-mudahan dia dapat membuat tuan-tuan lebih enak duduk di dalam cuaca yang sangat panas dan gersang ini”.
Abdullah bin Umar menyambut kain itu sambil berkata:”Terimakasih banyak saudaraku, sungguh kami berdua telah mereporkanmu. Tetapi sebetulnya kami sangat lapar, sudah tiga hari di dalam perjalanan kami tidak mencicipi makanan sedikitpun, sehingga kami betul-betul  lapar, dan rasanya tidak kuat lagi meneruskan perjalanan kami”.
Pengembala itu tampak gelisah. Dia melihat kekanan dan kekiri, tapi dia tak mempunyai makanan apapun untuk disuguhkan pada kedua tamunya yang  sedang kelaparan. Keringgatnya semakin mengucur deras, dan dia meremas-remas tangannya kebingungan,mukanya tampak pucat dan tidak bercahaya, dia tidak dapat menjawab, meski jawabannya sudah terkumpul di dalalm hatinya:”Aku tidak memiliki apapun yang bisa di suguhkan kepada kalian berdua. Ya Allah…. Andai saja aku membawa bekal, atau aku mempunyai makanan yang aku simpan,niscaya aku berikan pada kalian, meskipun aku harus menderita lapar”.Kata-kata yang sudah terkumpul itu tak sanggup diucapkannya.Di hanya menunduk dan tampak sedih.
Abdullah tidak puas melihat sikap lelaki penggembala yang tetap membisu itu. Didepan mereka terlihat kambing yang sedang berkeliaran maka beliaupun berkata:”Tolong kau potongkan untuk kami seekor kambing, kemudian dibakar  untuk makanan kami”. Mendengar ucapan tersebut semakin pucat, gelisah, dan gemetaran bibir si badui itu,sebab kambing-kambing itu bukan milik beliau dan dia tidak punya keberanian untuk memotong kambing itu.Semua kambing ini milik majikanku dan aku adalah budak dimana sewaktu-waktu bisa di perjual belikan.
Abdullah tahu, mujahid tersebut sedang galau, gelisah dan gemetaran, saat itu Abdullah berkata lagi:”Hanya seekor kambing saja, saudaraku yang akan kami makan bersama-sama….”. Rupanya penggembala itu masih belum bisa menjawab, lalu diberinya saran:”Kalau kamu tak keberatan aku siap membatumu !”. Disini batinnya  berperang antara menjelaskan rahasia ini atau menyimpannya saja.  Dan petunjukpun  datang , lalu dia jelaskan dengan harapan tamunya mengerti. Dengan terbata-bata dia berkata:”Kambing-kambing itu buka milik saya, sesungguhnya saya ini hanyalah seorang budak, saya dan kambing-kambing itu adalah milik tuan saya. Majikanku berpesan hanya boleh memberikan air susu kambingnya kepada musafir, akan tetapi dia belum member izin kepada saya untuk memotong kambing.......”
Rupanya ujian belum selesai , Abdullah masih menguji lagi dengan Pertanyaan:”Dimanakah tempat tinggalmu dan tempat tinggal majikan itu”. Terperanjat Mujahid mendengar pertanya tesebut, lalu dengan lemah lembut dijawab :”Dia tinggal jauh dari tempatku, kira-kira menempuh perjalanan tiga malam”. Mendengar jawaban penggembala itu, Abdullah terus mencoba menggoyahkan imannya, nah…..selama majikanmu jauh dari tempatmu ini, beliau tidak akan dapat melihat apa yang akan kau kerjakan ; ayolah kau potong kambing itu seekor saja, aku akan membayarnya dengan harga yang tinggi.   
Mujahid dengan hati yang polos dan bersih, yang tidak mengenal kejahatan namun tetap istiqamah dalam kebaikan itu bertanya:”Bagaimana kalau majikanku tidak mau menerima harga itu?.” Abdullah menjawab:”kenapa harus diberi tahu kepada majikanmu?.”  Lalu…untuk apa harga yang tuan tawarkan tadi…?” Engkau terima uang itu, dan kau boleh ambil semuanya..! Penggembala itu semakin pucat. Lalu dengan heran dia bertanya:”Bagaimana dengan majikan saya , dan kambingnya, apa yang harus saya katakan padanya…?  Katakan saja kambing-kambing itu dimakan serigala. Kau akan mendapatkan uangnya dariku.” Mendengar saran tersebut lelaki itu semakin emosi dan darahnya semakin mendidih ketika membayangkan kebatilan yang dibawa dan dianjurkan oleh tamunya. Dengan berapi-api dia berkata:”Apa yang tuan maksud…?” Apakah saya harus memotong kambing, kemudian mengambil uang haram itu, dan saya laporkan kepada majikan saya bahwa kambing itu dimakan serigala…? Dadanya nampak turun naik menahan emosi yang meluap. Abdullah menjawab dengan tenang:”Dan saya  tidak akan memberi tahukankan  majikanmu!”. 
Mendengar jawaban Abdullah bin Umar yang demikian tenang, dan seolah-olah tidak merasa bersalah itu, meledaklah amarah Mujahid, keringatnya semakin deras mengalir, tangannya gemetaran, bibir ikut bergetar, dan seluruh badannya ikut bergetar karena takutnya membayangkan murka Allah, berlinang air matanya waktu berkata : Apakah  kau bisa menyembunyikan sesuatu dari Yang Maha Alim dan Khabir, yang (mendengarkan langkah semut hitam di gelap gulita malam di atas batu pualam…?”.Dapatkah engkau mencegah agar berita itu tidak sampai kepada zat yang melihat kita dimalam pekat?”. Yang melihatmu ketika engkau berdiri (sholat) , dan ketika engkau menggerakan badanmu diantara orang-orang yang sujud”.  (QS. As-syu’raa : 218 – 219).   Apakah  kau mampu menyembunyikan masalah itu dari dzat  “Yang mengetahui pandangan mata khianat dan apa yang tersembunyi didalam hati”  (Qs. Al-Mukmin : 19).
Bersambung pada tulisan ke-2  .........

Read More...