text ku

YA ALLAH...YA ALLAH...YA ALLAH

Senin, 19 Desember 2011

GETARAN KALBU DI GURUN PASIR ( 2 )


"Lalu apa yang kau inginkan dariku saat ini?, dan apakah yang harus saya jawab kelak, ketika saya nanti di hadapkan di Mahkamah Allah, dan Dia bertanya tentang kambing dan harganya itu?. Apa yang harus saya jawab, sedang Dia sudah tahu segalanya……?. Sampai disini Abdullah bin Umar masih belum puas, dia terus mencoba keimanan Mujahid tersebut. Dengan suara pelan , sedih dan memelas beliau berkata: “Kau seorang budak yang miskin,tidak memiliki kekayaan dunia sedikitpun! Sedangkan majikanmu kaya, berkecukupan dan menikmati kemewahan, dia tidak akan merasa rugi atau kehilangan seekor atau dua ekor kambing, bukankah dia sudah memeras tenaga dan keringatmu secara kejam. Mungpung ada kesempatan untuk bersenang dan menikmati makan yang serba enak. Kalau ditanya majikan, katakan saja kambingnya diterkam serigala. Wahai saudaraku, sekarang potonglah kambing itu buat kami. Dagingnya kami makan dan uangnya buat kau, semuanya akan kami rahasiakan, sehingga majikanmu tidak akan tahu selamanya”. Nampak rawut kemarahan di wajahnya, dengan suara keras dan sinis dia berkata :”Apa yang menyebabkan engkau mendorong-dorong saya melakukan maksiat kepada  Allah…? Saya tak mungkin menuruti kata-katamu. Demi Allah, engkau bagi saya seakan-akan setan yang berbentuk manusia.”. Suaranya semakin terdengar keras:”Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia, aku tiak akan sekali-kali melakukan perbuatan itu. Biarlah aku hidup dalam kemiskinan harta duniawi, daripada mengorbankan keimananku untuk hal yang bersifat sementara dan cepat musnah. Demi Allah, Dia pasti melihatku, aku tidak mau membutakan mataku dan mata batinku dari penglihatan Allah Yang Melihat. Jika berani menentang kehendakNya maka bisa-bisa aku jadi kafir tanpa aku sadari. Pengembala itu menundukkan kepalanya, seakan-akan enggan melihat tamu yang ingin menjerumuskannya kepada dosa dan maksiat.
Sampai disini Abdullah bin Umar masih mencoba menggoda lelaki yang ada dihadapannya untuk mengetahui kekuatan imannya dan keteguhan hati nuraninya :”Sudah aku katakan kepadamu, kau ini miskin”. Bukankah nabi pernah bersabda: “hampir saja kemiskinan itu menarik orang menuju kekafiran”. … dan aku telah berjanji padamu, tidak akan menceritakan kepada majikanmu tentang kambing dan uang itu. Kesabaran Mujahid si penggembala miskin itu sudah sampai pada puncaknya, meledaklah marahnya, bagai singa yang sedang mengamuk dan gunung api yang memuntahkan laharnya, dia berteriak dengansuara yang sangat keras ke muka Abdullah bin Umar:”Kalau keadaannya demikian, lalu dimanakah ALLAH………?Dapatkah kita bersembunyi dari intaiannya….?Bukankah Dia melihat segala yang kita lakukan…..?Lalu dimana ALLAH….. dimana  ALLAH…… di m a n a…….? Air mata mujahid itu mengucur deras,karena rasa sedih, dan takutnya kepada Allah. Dia masih terus berteriak  dengan suara bergetar dan isak tangis:”Dimana Allah….hendak kita kemanakan Allah…? Bukankah Dia melihat kita . Dimana Allah!!! Dimana Allah…. Dimana Allah!!! Teriaknya terus bergema dipadang pasir luas yang panas dan gersang itu .
Abdullah bin Umar dan Abdurrahman bagai baru terbangun dari tidur yang panjang. Keduanya terpaku , hati mereka bergetar merasakan sesuat yang sejuk, yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, keduanya berpandangan, rasa hormat dan kagumnya bertambah-tambah terhadap lelaki miskin si penggembala itu. Tanpa mereka sadari air matanya meleleh , dan bibir-bibir mereka seakan ada yang menuntun ketika keduanya mengikuti pekikan yang terus bergema itu “Dimana Allah!!Dimana Allah!!!
Padang pasir yang sebelumnya sunyi itu, sekarang dipenuhi oleh suara ketiga insan itu:”Dimana Allah?? Dimana Allah …???Ketika mengucapkan kata-kata itu, ketiganya merasa dekat sekali dengan pencipta-Nya yang Maha Penyayang, mereka seakan-akan bersama dengan Allah,hidup dalam lingkup cakrawala keimanan yang tinggi masing-masing merasa perasaan spiritualnya:”Seolah-olah  aku sedang melihat kerajaan Allah –ku, seolah-olah aku melihat penghuni surga yang saling berkunjung dengan ceria, dan seakan aku mendengar rintihan dan jeritan tangis penghuni api neraka yang hina”.  
Mereka teringat pada sabda Rasulullah saw;”Allah Swt senatiasa menyinari hati orang Mukmin”. Mereka bagaikan berenang dalam lautan cinta Illahi, Allah bersama mereka, dan mereka senantiasa bersama Allah. Seperti firman Allah:”Dan Dia selalu bersama kamu dimanapun kamu berada (QS. 57(Al-Hadid):4)“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS.50 (Qaf) :16)                                                      
Setelah melepaskan rindunya kepada Allah dan menemukan Telaga Ilahi yang baru mereka dapatkan, mereka kembali merasa lebih tenang. Di dalam ketenangan dan kedamaian tersebut Abdullah bin Umar bergumam seakan berbicara kepada dirinya sendiri :” ya junjunganku Rasulullah! Berbahagialah engkau , karena umatmu sesudah paduka pergi masih ada yang tetap pada jalur yang engkau gariskan untuk mereka. Mereka masih tetap dalam pangkuan islam yang hidup, yang benar, yang sehat,islam karyanya, bukan islam bicaranya, islam taqwanya, bukan islam pengakuannya, islam kalbunya, bukan islam lidahnya!! Bergembiralah kekasihku … ya Rasulullah , karena umatmu umat pahlawan yang banyak beroleh berkah, yang mampu menaklukkan hawa nafsu sebelum berhadapan dengan musuh, dan tabah dalam menghadapi godaan nafsu angkara murka. Masih adakah orang yang meragukan, bahwa menaklukan  musuh yang mengalir di dalam aliran darah sendiri, lebih sulit daripada menumpas musuh yang berlindung dibalik perisai dan pedang. Alangkah indahnya kata-katamu, wahai junjunganku, ya Rasulullah, ketika paduka kembali dari medan perang dan berkata :”Kami baru kembali dari medan perang kecil menuju ke medan perang yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu”. Sabda Rasulullah:”Seorang Mujahid yang sebenarnya ialah yang mampu menaklukkan dirinya demi Allah Swt”. ( HR. Turmizi). Allahumma ya Allah, andai doa itu bukan suatu perintah, sudah tentu kita tidak perlu berdoa, bukankah Engkau telah berjanji untuk memenangkan kaum Mukminin itu. Firman Allah: “dan  adalah kewajiban Kami (Allah) untuk memenangkan kaum Mukminin?” (Ar Rum 47) .
Abdullah bin Umar menoleh kepada Mujahid si penggembala Mukmin itu, dan bertanya tentang nama dan alamat majikanya, penggembala itu merasa heran. Walaupun heran, dia beritahukan juga nama dan alamat majikannya, walau dia tidak tahu apa maksudnya. Berdasarkan data yang dia dapat dari si Penggembala, maka tahulah Abdullah bin Umar bahwa majikannya adalah salah seorang tokoh di kota Mekkah yang sudah dia kenal dengan baik.
Sampai  disini, Abdullah bin Umar dan Abdurrahman mohon diri kepada Mujahid untuk meneruskan perjalananya. Ternyata dalam perjalanan mereka benar-benar merasakan kesan yang sangat luar biasa dari peristiwa yang baru mereka alami. Mereka sangat bahagia karena sudah berhasil menemukan Telaga Ilahi, yang tidak sembarang orang dapat menemukan mutiara berharga itu. Seakan-akan tak bosan bibir mereka berkata :”Dimana Allah???!!!!Dimana Allah? Mereka terus mengucapkannya  dengan perlahan…….. ber ulang-ulang…..!
Dalam perjalan yang melelahkan dan meletihkan, akhirnya  sampai juga mereka kekota Mekkah, sahabat Abdurrahman menawarkan istirahat sejenak pulang kerumah. Namun Abdullah menolaknya, dia masuki kampung yang satu terus kekampung yang lain melalui jalan yang sempit, gang, lorong tanpa memperdulikan rasa letih badannya, dicarinya alamat rumah majikan sang penggembala yang mukmin itu, hingga bertemu. Dengan ikhlas di belinya budak dan kambing itu,lalu diumumkannya kepada masyarakat umum bahwa dia telah membebaskan si Penggembala Mukmin itu semata-mata karena Allah, dia serahkan kambing yang dibelinya kepada penggembala itu semuanya tanpa sisa, seraya berkata :”Kebaikan tiada balasannya kecuali kebaikan juga”.(QS Ar Rahman : 60)
Abdullah berjalan menuju rumahnya dan dengan perlahan dan berulang-ulang dia mengucapkan kalimat yang sudah menguasai bathinnya. Dimana Allah…??? Dimana Allah…………..????? Dihari-hari selanjutnya bila dia ketemu sahabatnya dia berkata;”Kalimat itu sudah memerdekakan penggembala itu di dunia, semoga kalimat itu dan amal-amalnya yang lain, yang diisebabkan dari rasa takutnya kepada murka Allah ,akan memerdekakannya di akhirat.
Seseorang tidak akan membangkang kepada Allah, jika dia merasa bersama dengan Allah dan Dia tidak pernah meninggalakannya sekejabpun. Semoga dialah yang dimaksud-Nya dalam firman-Nya : “Laki-laki yang tidak pernah dilalaikan oleh perniagaan atau jual beli dari mengingat-ingat Allah”(QS. An Nur: 37).
Kalbunya memancar terang dengan mengingat asma Allah, dan kerinduan pada-Nya semakin terasa. Kemudian, dia kembali mengulang-ulang : 
                   Dimana Allah….. Dimana Allah…….Dimana Allah...
Dia selalu mengulang-ulang kata-kata itu di sepanjang sisa hidupnya, dan dia menangis bila mengingatnya, sambil berkata : “Demi Allah, itulah kata-kata yang dapat membebaskan seseorang dari api neraka. Demi Allah, itulah kata-kata yang dapat mengantarkan seseorang kepada keimanan yang hakiki. Demi Allah, dia mampu menuntun tangan orang melakukan pekerjaan yang diridhoi Allah Swt. Demi Allah, dia mampu menyampaikan seseorang untuk masuk ke sorga Allah SWT yang tinggi.                        
Read More...