Saum ramadhan sudah di ambang pintu, suatu kebiasaan yang baik di daerah
pedesan menjelang datangnya bulan suci ramadhan mereka melakukan aktivitas kerja bakti
kegiatan renovasi, mengecat dan mempercantik masjid. Tujuannya agar
bersih, rapih dan nyaman saat beribadah. Mereka berharap selama bulan ramadhan jamaah
terus memakmurkan masjid. Suatu ketika saya pernah melihat dan mengalami sendiri di
suatu kecamatan tepatnya di kotafajar banyak diantara penduduk yang tidak
bekerja selama bulan ramadhan, tanya-sana tanya-sini ternyata mereka sudah
mempersiapkan materi sandang dan pangan selama bulan ramadhan. Ramadhan
benar-benar di manfaatkan untuk beribadah baik di siang hari apalagi dimalam
hari. Dari hasil pemantauan saya ada beberapa hal yang terlupakan oleh para jamaah ketika sudah berada di dalam masjid.
Banyak hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan namun jamaah tetap saja mengerjakannya.
Padahal kita masuk ke masjid dengan kaki kanan seraya ber doa,” Allaahummaftah lii abwaaba rahmatik” artinya ya Allah, bukakanlah pintu Rahmat-MU.
Di lanjutkan shalat dua rakaat sebagai penghormatan kita masuk rumah Allah pada sesi ini
seharusnya kita gunakan untuk ibadah, zikir, doa, baca quran, munajad dll.
Optimalkan kondisi tahiyatul masjid kita sampai selesai shalat fardhu dan bila keluar masjid dengan kaki kiri seraya
berdoa ,” Allaahumma inni
as-aluka min fadl lika” artinya ya Allah,
sesungguhnya aku mohon karunia dari –MU. Dengan demikian kita terhindar
dari perbuatan, ucapan-ucapan dan canda-canda atau bisik-bisik dunia yang tak
bernilai disisi Allah Swt. Dibawah ini saya coba kutip pendapat para ulama, hadist
dan diakhiri dengan pendapat sufi.
“Orang-orang yang
memakmurkan masjid Allah selalu menjadikan hati mereka bergantung kepada Allah
yang Mahasuci.” Hakam bin Umair
Dalam satu hadist
disebutkan,”Masjid adalah rumah orang-orang yang bertaqwa. Barang siapa yang
menjadikan masjid sebagai rumah, ruhnya dijamin oleh Allah, diberi ketenagan,
dan diberi keselamatan ketika melintas sirath.”
Malik bin Dinar
berkata,”Seandainya bukan karena ingin buang air, aku tidak akan keluar dari
masjid, baik siang maupun malam. Aku mendapat khabar bahwa Allah Azza wa Jalla
berfirman, sesungguhnya, Aku bermaksud menimpakan azab kepada hamba-hamba-Ku.
Namun, Aku melihat orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid, membaca Al
Quran, dan pemuda-pemuda islam yang bermusyawarah di dalam masjid. Karena itu,
Aku menahan Murka-KU.”
Said bin Al
Musayyab pernah ditanya,”manakah yang lebih engkau sukai menghadiri shalat
jenazah atau itikaf di dalam masjid?,” Dia menjawab,”Itikaf di masjid lebih aku
sukai karena para malaikat memohonkan ampunan untukku selama aku duduk di dalam
masjid. Permohonan ampunan dari para malaikat lebih bernilai darpada sekedar
mendapat sekerat, dua atau tiga pahala dari melaksanakan shalat jenazah.”
Mari kita dengar
pendapat para sufi tentang kedudukan masjid. Mereka menganggap makruh melakukan
percakapan selain urusan agama di dalam masjid. Untuk mengajar murid-muridnya
mereka lakukan diluar masjid. Karena masjid harus digunakan sebagai tempat
pengabdian kepada Allah melalui ritual-ritual suci. Dan mereka benar-benar
menempatkan masjid untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah.
Inilah pendapat
para ahli hikmah dan sufi tentang kedudukan dan keutamaan masjid, bagi kita
yang masih rendah pemahaman dan penghayatan keagamaan minimal tidak membiasakan / menyengajakan tidur di masjid
setelah shalat fardhu berjamaah, ngobrol
hal-hal yang tidak bermanfaat. Semoga
Allah Swt melimpahkan RahmatNya.